Sunday, January 30, 2005

Orang Brengsek si Guru Sejati

Tulisan Gede Prama:
=================

Entah apa dan di mana menariknya, Bank Indonesia amat senang mengundang saya untuk menyampaikan presentasi dengan judul "Dealing With Difficult People". Yang jelas, ada ratusan staf bank sentral ini yang demikian tertarik dan tekunnya mendengar ocehan saya. Motifnya, apa lagi kalau bukan dengan niat untuk sesegera mungkin jauh dan bebas dari manusia-manusia sulit seperti keras kepala, suka menghina, menang sendiri, tidak mau kerja sama dll.

Di awal presentasi, hampir semua orang bernafsu sekali untuk membuat manusia sulit jadi baik. Dalam satu hal jelas, mereka yang datang menemui saya menganggap dirinya BUKAN manusia sulit, dan orang lain di luar sana sebagian ADALAH manusia sulit.

Namun, begitu mereka saya minta berdiskusi di antara mereka sendiri untuk memecahkan persoalan kontroversial, tidak sedikit yang memamerkan perilaku-perilaku manusia sulit. Bila saya tunjukkan perilaku mereka ; seperti keras kepala, menang sendiri, dll dan kemudian saya tanya apakah itu termasuk perilaku manusia sulit, sebagian dari mereka hanya TERSENYUM KECUT.

Bertolak dari sinilah, maka sering saya menganjurkan untuk membersihkan kaca mata terlebih dahulu, sebelum melihat orang lain. Dalam banyak kasus, karena kita tidak sadar dengan kotornya kaca mata maka orangpun kelihatan kotor.
Dengan kata lain, sebelum menyebut orang lain sulit, yakinlah kalau bukan Anda sendiri yang sulit. Karena Anda amat keras kepala, maka orang berbeda pendapat sedikitpun jadi sulit. Karena Anda amat mudah tersinggung, maka
orang yang tersenyum sedikit saja sudah membuat Anda jadi kesal.

Nah, pembicaraan mengenai manusia sulit hanya boleh dibicarakan dalam keadaan kaca mata bersih dan bening. Setelah itu, saya ingin mengajak Anda masuk ke dalam sebuah pemahaman tentang manusia sulit. Dengan meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah GURU KEHIDUPAN, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah manusia-manusia super sulit. Terutama karena beberapa alasan.

Pertama, manusia super sulit sedang mengajari kita dengan menunjukkan betapa menjengkelkannya mereka. Bayangkan, ketika orang-orang ramai menyatukan pendapat, ia mau menang sendiri. Tatkala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan menghina orang lain. Semakin sering kita bertemu orang-orang seperti ini, sebenarnya kita sedang semakin diingatkan untuk tidak berperilaku sejelek dan sebrengsek itu. Saya berterimakasih sekali ke puteri Ibu kost saya yang amat kasar dan suka menghina dulu. Sebab, dari sana saya pernah berjanji untuk tidak mengizinkan putera-puteri saya sekasar dia kelak. Sekarang, bayangan tentang anak kecil yang kasar dan suka menghina, menjadi inspirasi yang amat membantu pendidikan anak-anak di rumah. Sebab, saya pernah merasakan sendiri betapa sakit hati dan tidak enaknya dihina anak kecil.


Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita jadi orang sabar. Sebagaimana sering saya ceritakan, badan dan jiwa ini seperti karet. Pertama ditarik melawan, namun begitu sering ditarik maka ia akan
longgar juga. Dengan demikian, semakin sering kita dibuat panas kepala, mengurut-urut dada, atau menarik nafas panjang oleh manusia super sulit, itu berarti kita sedang menarik karet ini (baca : tubuh dan jiwa ini) menjadi lebih longgar (sabar). Saya pernah mengajar sekumpulan anak-anak muda yang tidak saja amat pintar, namun juga amat rajin mengkritik. Setiap di depan
kelas saya diuji, dimaki bahkan kadang dihujat. Awalnya memang membuat tubuh ini susah tidur. Tetapi lama kelamaan, tubuh ini jadi kebal. Seorang anggota keluarga yang mengenal latar belakang masa kecil saya, pernah heran dengan cara saya menangani hujatan-hujatan orang lain. Dan gurunya ya itu tadi, manusia-manusia pintar tukang hujat di atas.

Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan. Semakin sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia sulit, ia akan menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya kontribusinya. Saya tidak mengecilkan peran sekolah bisnis, tetapi pengalaman memimpin dan dipimpin oleh manusia sulit, sudah terbukti membuat banyak sekali orang menjadi pemimpin jempolan. Rekan saya menjadi jauh lebih asertif setelah dipimpin lama oleh purnawirawan jendral yang amat keras dan diktator.

Keempat, disadari maupun tidak manusia sulit sedang memproduksi kita menjadi orang dewasa. Lihat saja, berhadapan dengan tukang hina tentu saja kita memaksa diri untuk tidak menghina balik. Bertemu dengan orang yang berhobi
menjelekkan orang lain tentu membuat kita berefleksi, betapa tidak enaknya dihina orang lain.

Kelima, dengan sedikit rasa dendam yang positif manusia super sulit sebenarnya sedang membuat kita jadi hebat. Di masa kecil, saya termasuk orang yang dibesarkan oleh penghina-penghina saya. Sebab, hinaan mereka membuat saya lari kencang dalam belajar dan berusaha. Dan kemudian, kalau ada kesempatan saya bantu orang-orang yang menghina tadi. Dan betapa besar dan hebatnya diri ini rasanya, kalau berhasil membantu orang yang tadinya menghina kita.

Terakhir dan yang paling penting, manusia super sulit sebenarnya menunjukkan jalan ke surga, serta mendoakan kita masuk surga. Pasalnya, kalau kita berhasil membalas hinaan dengan senyuman, batu dengan bunga, bau busuk dengan bau harum, bukankah kemungkinan masuk surga menjadi lebih tinggi?

Semoga menjadi "murid" dari Orang Brengsek TIDAK menjadikan kita sebagai Orang Brengsek Baru!

Friday, January 28, 2005

Iblis Belas Kasihan dech...

IBLIS BELAS KASIH

Sang Guru ditanya, "Bagaimana caranya menumbuhkan belas kasih yang tak
terbatas kepada semua makhluk?" Jawabnya, "Kembangkan
ketidak-berpihakan." Ini artinya, menyadari kesamaan hakiki semua makhluk
hidup�saya tidak lebih hebat dari orang lain, demikian pula orang lain
tidak lebih hebat dari yang lain. Kita semua adalah satu.

Hal ini mengingatkan kita pada perumpamaan sederhana tentang burung
berkepala dua. Seekor burung memiliki dua kepala dan satu tubuh. Suatu
hari, karena dengki, kepala yang satu menipu kepala yang lain untuk
menenggak racun; alhasil "seluruh" burung itu mati.

Demikian juga halnya, "orang lain" dan "saya" berbagi tubuh yang sama.
Siapa kita dan kehidupan kita tergantung kepada orang lain�tidak ada
makanan, teman, orang tua, pekerjaan... yang tanpa "orang lain"�kita
semua saling bergantung. Kekonyolan satu orang dapat mengakibatkan
kejatuhan seluruh masyarakat.

Sang Guru berkata, "Hati-hati, jangan sampai menjadi Iblis Belas Kasih."
Iblis Belas Kasih adalah orang yang berpikir bahwa dirinya betul-betul
penuh belas kasih karena melihat dirinya terpisah dari orang lain�bahwa
"mereka" tidak disangkal lagi membutuhkan bantuannya. Waspadalah, hal ini
bisa menyebabkan ego muncul dan menjadi gemuk lho!

Orang yang benar-benar penuh belas kasih tidak pernah merasa ia penuh
belas kasih. Ia sekadar melakukan apa yang dianggapnya paling alamiah di
dunia ini. Sekalipun kita sudah selayaknya memuji kebajikan, tidak ada
yang perlu dibesar-besarkan karena telah berbuat baik.

Be Happy!


=================================
Let there be peace in all kinds
of life being on earth,
and let it begin with me.
Shinand
=================================


Saturday, January 15, 2005

Aceh yg tak TOBAT




Kesaksian Dari Aceh ( loe smua kudu baca )


ARghhhhhh...... taiiiiiiiiiiiiiiiii......
Woiii guys loe orang tau gak nasib warga
tionghoa korban aceh gmn...???
mereka ditindas,harta dijarah,jatah makan harus
beli,dipaksa nguburin mayat,gak boleh tidur di
dalam tenda,trus nolak bantuan dari orang
tionghoa katanya haram dan satu lagi yg bikin g
PANAS...!!! dia orang dah kena musibah masi
bisa aja perkosa ce tionghoa....
KEMANA OTAK DIA ORANG....!!!
g bukannya pengen ngebela tionghoa karena g
tionghoa,BUKAN tp masalahnya kok bisa yah
kaya gitu...???
KOK MASIH ADA YAH RASISME N
DISKRIMINASI....???
Apa bedanya pribumi ama tionghoa.... sama2
manusia yg lagi kesusahan gara2 musibah
kenapa harus diperlakukan seperti itu....???
apa karena beda AGAMA..??
Masa sampe ada seorang ibu2 yg bilang
gini "Kenapa hanya orang muslim aja yg kena
musibah kenapa bukan orang kristen aja...???"
BAH..... apa maksudnya itu....
Kenapa di TV sampeharus mengedit suara ibu2
itu dengan suara yg kecil apa TAKUT kalo
MASALAH SARA bangkit lagi....???
Bukan nya siaran berita harus real... kenapa takut
mengangkat masalah ini ke berita kenapa takut
untuk meliput kalau warga tiongoa di tindas
disana...???
Kemana kesadaran dia orang TUHAN udah kasi
cobaan tp malah dia orang memberi penderitaan
kepada orang lain...
Gak sadar apa...??? mungkin TUHAN mau
menghukum INDONESIA dengan memberi
bencana ke ACEH,agar orang2 SADAR... tetapi
kenyataannya BEDA.... MALAH MASI BISA
NINDAS ORANG LAIN....!!!!!!
Apa negara2 lain yg kena bencana kaya gitu..???
GAK....!!!!
dia org malah saling membantu... kenyataan yg
berbeda yg dialami di ACEH....
UDAH KENA MUSIBAH TAPI MASI BISA AJA
BERBUAT DOSA MASI AJA MEMBERI
PENDERITAAN KEPADA ORANG LAIN...!!!!
APA WARGA TIONGHA DISANA GAK KENA
MUSIBAH APA....???
SAMA SEMUA JG KENA MAU
TIONGHOA/PRIBUMI,MUSLIM/KRISTEN,KAYA/M
I
SKIN,TUA/MUDA,CE/CO..!!!
Semua kena,kenapa bisa beda perlakuan gitu...!!!
g buat ini bukan karena g RASIS malah g mau
coba ngubah itu semua... agar SADAR....
SORI G BUKANNYA NGEHINA PRIBUMI ATO
KAUM MUSLIM ATO ORANG YG BERBEDA
SAMA G.... TP INI EMANG KENYATAAN YG
TERJADI DISANA DAN G GAK BISA TERIMA
ITU....APA EMANG YG NAMANYA SARA ITU
GAK BISA HILANG DARI INDONESIA....!!!!!
G mencoba untuk nyadarin loe orang bisa gak sih
kita gak jadi orang yg RASIS n DISKRIMINATIF...
KALAU LOE ORANG GAK BISA
MENGHILANGKAN RASISME DARI
PIKIRAN/HATI LOE ORANG,LOE LAYAK G
KATAIN " A N J I N G ...!!!"
BAGI LOE YG GAK RASIS,G CM BISA BILANG
" HAI SAUDARAKU MARI KITA BANGUN
INDONESIA BARU YG TANPA RASIS N
DISKRIMINASI"

terakhir g cm mau nyanyi 1 lagu yg pasti loe kenal
" orang yg beda SARA dengan kita jg manusia
punya rasa punya hati "

" TUHAN gak ngebedainmanusia dalam bentuk
apa pun,kenapa kita yg diciptakan NYA malah
ngebedain satu sama lain "

(forwarded by someone who agrees
with the writer)

gLanX juga setuju ama pendapat teman kita
diatas. Biarpun kata katanya agak kotor... tapi ...
gLanX nggak suka Rasisme. Ada yang dukung
kami?

Iya gw juga denger tuh dengan telinga gw sendiri.
Di tv ada ibu-ibu yang bilang: "Kenapa hanya orang
muslim aja yg kena musibah kenapa bukan orang
kristen aja...???".... Padahal rumah nya udah
hampir tenggelam, tapi masih sempat mikir
gituan... Apa mereka ngajarin gitu ya ama
turunannya. Jadi buat gw PEDULI MAMPUS
DENGAN YANG SARA... SEMOGA KALIAN
diterima disisinya... Buktinya Australia ama amrik
aja mau ngebantu. Mudah2an bantuan itu sampai
ke tempat yang tepat gak, kepada orang2 seperti
itu.

Edo..
Ingat kita di ciptakan atau dilahirkan tanpa tahu
apa2 salah satunya agama. agama itu sifatnya
pribadi atau kepercayaan masing2. kenapa harus
saling membenci. Untuk Warga ACEH --> kalian
sudah di bantu oleh orang2 yang simpatik dan
beragama, bukan orang yang mayoritas. Mungkin
Tuhan sedang memberi peringatan atau cobaan,
tinggal bagaimana ACEH menanggulanginya.
Tuhan memberkati. GBU All

buat yang rasisme>>>

belum cukup kah penderitaan yang di alami???? tolong STOPPPPPPPPPP rasisme!!....kemana HATI NURANI kalian????....TUHAN nangis melihatnya kali....T-T



_______________________________________________
No banners. No pop-ups. No kidding.
Make My Way your home on the Web - http://www.myway.com

Tuesday, January 04, 2005

Tulisan Roy Sembel

WISDOM, WEB, WEALTH, HEALTH, and HAPPINESS

The two actions can be considered as a kind of Spiritual breathing;
Gratitude is where you `breathe in' and receive life giving energy;
Charity is where your `breathe out' and give back to the environment.
(Tony Buzan)

Spread love everywhere you go; first of all in your own house. Give
love to your children, to your wife and husband, to next door
neighbor .... Let no one ever come to you without leaving better and
happier.
(Mother Teresa)

====== WISDOM =====
Memberi dan Mengucap Syukur
Pengelola rubrik:
Aribowo Prijosaksono (aribowo_ps@hotmail.com) dan
Roy Sembel (Smart_WISDOM@yahoogroups.com)

Sebagian besar kita berpikir bahwa beramal atau memberi kepada orang
lain adalah bentuk dari kepedulian kita kepada orang yang
membutuhkan pertolongan kita. Padahal sesungguhnya beramal atau
menolong orang lain, bukan hanya bagi kepentingan atau kebutuhan
orang yang kita tolong, tetapi justru kitalah yang membutuhkannya.
Sehingga beramal haruslah menjadi kebutuhan kita.

Dalam sebuah eksperimen ilmiah yang dilakukan oleh Dr. David
McClelland, seorang psikolog di Universitas Harvard, Amerika
Serikat, ditemukan sebuah penemuan yang menakjubkan. Dalam
eksperimen tersebut, terhadap sekelompok mahasiswa dipertunjukkan
sebuah film tentang perjuangan seorang wanita yang memberikan
kehidupannya kepada mereka yang miskin dan terlupakan di Kalkuta,
India, yaitu kisah kehidupan Bunda Teresa. Dalam film tersebut Bunda
Teresa sedang bekerja di antara orang-orang yang miskin, sakit dan
terlupakan. Segera setelah pemutaran film tersebut, Dr. McClelland
menganalisis cairan ludah para mahasiswa tersebut dan menemukan
peningkatan yang cukup signifikan dalam kadar antibodi yang membantu
mencegah infeksi saluran pernapasan - immunoglobulin A.

Rasa belas kasihan yang timbul karena menonton pengabdian Bunda
Teresa telah menstimuli tubuh para mahasiswa tersebut sehingga
memproduksi antibodi. Dalam sebuah studi berikutnya, Dr. James House
dari Pusat Penelitian Universitas Michigan, mempelajari pengaruh
dari melakukan pekerjaan sebagai relawan bagi kaum miskin, sakit,
dan gelandangan. Para relawan tersebut bekerja dengan penuh kasih
dan kehangatan, serta ketulusan selama beberapa bulan bahkan
beberapa tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan yang penuh pengabdian
dan kasih sayang telah menyebabkan peningkatan yang menakjubkan atas
daya tahan dan vitalitas para relawan tersebut, serta secara
dramatis telah meningkatkan usia harapan hidup mereka. Rasa kasih
sayang, amal Ibadah dan perbuatan baik merupakan penyelamat
kehidupan bukan saja bagi mereka yang membutuhkan, tetapi justru
bagi diri kita sendiri.

Lakukan Saja Amal Ibadah Kita
Hal lain yang menarik dari Bunda Teresa adalah ketika beliau ditanya
mengapa beliau terus melakukan pengabdiannya, memungut mereka yang
sakit dan hampir mati, serta menyelamatkan anak-anak dari jalanan
kumuh, manakala beliau tahu bahwa masalah tersebut seperti tidak
akan pernah ada habisnya, dan bahwa apa yang beliau kerjakan
hanyalah seperti `satu tetes air di lautan' dibandingkan dengan
ribuan bahkan jutaan kaum papa dan hina yang membutuhkan uluran
tangan di dunia ini.
Beliau dengan rendah hati menjawab, "Ya, hal itu benar sekali.
Pekerjaan saya memang seperti `sebuah tetesan air di lautan', tetapi
karena tetesan tetesan kecil yang saya buat, maka lautan menjadi
lebih besar."
Kita memang tidak perlu memikirkan penyebabnya maupun dampaknya,
tetapi kita hanya perla melihat kebutuhan dari mereka yang
memerlukan pertolongan kita. "Charity sees the need, not the cause."
(Peribahasa Jerman).
Bahkan dalam semua agama di dunia, amal dan perbuatan baik menolong
sesama manusia yang membutuhkan merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan. Dalam Rukun Islam, dinyatakan bahwa Zakat (Charitable
Giving) merupakan kewajiban bagi umat muslim. Sedangkan dalam
keyakinan Kristiani dinyatakan pula oleh Yesus Kristus bahwa jika
kita tidak menolong sesama kita yang paling hina dan menderita,
tidak melawat mereka yang sakit dan dipenjara, tidak memberi makan
bagi mereka yang kelaparan, serta tidak memberikan perteduhan bagi
mereka yang tidak punya rumah, maka kita bukanlah pengikut Kristus.

Amal dan Ucapan Syukur Justru Kebutuhan Kita
Namun berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas, ternyata
bahwa justru kitalah yang membutuhkan menjalankan amal ibadah
tersebut. Justru dengan menjalankan amal ibadah kita memperoleh
ketenangan batin dan membuat gelombang otak kita berada pada
frekuensi yang rendah, sehingga tubuh kita menstimulasi hormon yang
akan meningkatkan daya tahan tubuh kita. Selain itu kita dapat
menjadi lebih dekat dengan pusat kesadaran tertinggi
(superconsciousness) yang berarti kita menjadi lebih cerdas secara
spiritual.

Betapa luar biasa bahwa Tuhan memberi kita kewajiban menolong
sesama, bukan hanya untuk kepentingan kaum miskin dan penderita,
tetapi juga sebenarnya untuk kebutuhan kita - untuk memperpanjang
umur kita. Seperti halnya Tuhan mewajibkan kita untuk sembahyang -
berdoa secara rutin dan teratur, bukan untuk kepentingan Tuhan,
tetapi justru agar kita dapat senantiasa menurunkan frekuensi
gelombang energi otak kita dan menjadi manusia yang lebih efektif
dan cerdas, serta agar tubuh kita dapat senantiasa kembali pada
kondisi keseimbangan (homeostatis) yang memungkinkan seluruh organ-
organ tubuh kita berfungsi normal dan baik.

Seperti kutipan dari Tony Buzan, penulis buku-buku best seller dalam
bidang berpikir kreatif dan pengembangan diri, bahwa amal dan ucapan
syukur (Charity and Gratitude) seperti halnya menghirup dan
menghembuskan napas. Kedua kegiatan ini merupakan dua sisi dari mata
uang. Keduanya merupakan sebuah pernapasan spiritual yang justru
kita butuhkan agar kita dapat memelihara kesehatan spiritualitas
kita. Ingatlah, bahwa kita adalah makhluk spiritual seperti yang
dikatakan oleh filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, "we are not
human beings having spiritual experience; we are spiritual beings
having human experience."
Kita perlu bernapas untuk melanjutkan kehidupan kita. Tanpa
melakukan pernapasan spiritual, maka kita akan menjadi lemah secara
spiritual dan bahkan secara fisik juga. Justru kitalah yang perlu
melakukan pernapasan spiritual tersebut.

Mengucap Syukur dan Menjadi Lebih Berkelimpahan
Mengucap syukur (Gratitude) merupakan ungkapan yang sering muncul
dalam Kitab Suci, selain kata-kata: kasih, sukacita dan damai
sejahtera. Hal ini menunjukkan betapa Tuhan senantiasa mengingatkan
kita betapa pentingnya perbuatan ini bagi kehidupan kita. Tuhan
telah menciptakan alam semesta dengan segala kelimpahannya untuk
kita syukuri dan nikmati. Kita diberikan kuasa untuk menjadi co-
creator, rekan sekerja Tuhan, untuk menciptakan realitas kehidupan
yang kita inginkan. Inilah yang menjadi rahasia mengapa orang-orang
sukses seperti Andrew Carnegie, Bill Gates, John Rockefeller, Alfred
Nobel, dan sebagainya adalah philanthropist (dermawan) sejati.
Mereka memahami benar makna memberi dan mengucap syukur (charity and
gratitude).

Sesungguhnya proses penciptaan realitas kehidupan kita diawali
dengan keyakinan. Cara menunjukkan keyakinan atau iman tersebut
adalah dengan mengucap syukur atas kelimpahan berkat yang diberikan
Tuhan (thankfulness in advance - to be grateful before the
creation). Jadi mengucap syukur merupakan keharusan yang tidak bisa
kita hindari jika kita ingin menciptakan atau memimpikan sesuatu.
Seringkali kita justru berdoa dalam kerangka berpikir kekurangan
(statement of lack), padahal justru sebaliknya kita harus berdoa
dengan penuh rasa syukur atas segala berkat kelimpahanNya dalam
kehidupan kita (statement of gratitude).

Kekurangan (lackness) adalah sesuatu yang tidak ada habis-habisnya.
Jika kita senantiasa merasa kekurangan, apa pun yang kita miliki
tidak akan pernah cukup. Kondisi mental dari rasa kekurangan akan
menjadi semacam afirmasi bagi kita, sehingga kehidupan kita
senantiasa berkekurangan. Demikian halnya dengan kelimpahan
(prosperity) adalah sesuatu yang juga tidak ada habis-habisnya.
Ketika kita mengucap syukur atas segala berkat Tuhan yang kita
miliki, maka Dia akan terus menambahkan kelimpahan itu dalam
kehidupan kita. Oleh karena itu berhati-hatilah dengan pikiran dan
doa-doa kita.

Tahukah Anda bahwa beramal (charity) adalah pengungkapan syukur
(gratitude) kita atas anugerah kelimpahan dari Tuhan, sehingga bawah
sadar kita berpikir bahwa kita berkecukupan bahkan berkelimpahan
sehingga bisa menolong orang lain. Pesan inilah yang ditangkap alam
pikiran bawah sadar kita, menjadi sebuah afirmasi yang jika berulang-
ulang dilakukan, maka bawah sadar kita akan mencari jalan untuk
mewujudkan kehidupan berkelimpahan itu bagi kita.



=========================================
Let there be peace on earth,
and let it begin with no animal slaughter for my tongue.
Shinand
=========================================