Saturday, February 18, 2006

KATA ALBERT EINSTEIN ~ TENTANG SPIRITUALITAS

1. Saya ingin memahami pemikiran Tuhan; selebihnya adalah soal
detail saja.

2. Pengetahuan tanpa agama adalah pincang. Sedang agama tanpa
pengetahuan adalah buta.

3. Agama saya terdiri dari seuntai kekaguman yang sederhana,
terhadap suatu kekuatan supra yang tak-terbatas - yang tertampak
dalam rincian yang dapat kita cerap menggunakan persepsi lemah dan
remang kita.

4. Semakin jauh kemajuan evolusi spiritual umat manusia, semakin
pasti bagi saya bahwa: jalan menuju religiusitas sejati tak semata-
mata terletak pada ketakutan terhadap kehidupan, ketakutan terhadap
kematian, keyakinan yang membuta; namun suatu perjuangan mengikuti
kaidah-kaidah pengetahuan rasional.

5. Setiap orang yang terlibat secara serius didalam pencarian
pengetahuan, menjadi yakin bahwasanya, ada suatu jiwa
termanifestasikan pada hukum Semesta raya - jiwa yang secara luas
superior terhadap jiwa-jiwa manusia, dan sesuatu dimana dihadapan-
Nya, kita beserta kekuatan mutahir kita terasa sedemikian lemahnya.

6. Rasa religius para ilmuwan berbentuk suatu kekaguman, yang
terpesona pada keharmonisan hukum alam; yang menampakan suatu
superioritas kecerdasan, dibandingkan dengan seluruh sistematika
berpikir dan bertindak dari umat manusia, dalam suatu refleksi
signifikan yang tak terbantahkan lagi.

7. Tiada cara logis untuk mengungkap hukum-hukum elemental. Yang ada
hanyalah cara intuitif, yang dibantu oleh suatu ketajaman rasa,
terhadap runtutan yang melandasi di balik suatu penampakan.

8. Batin intuitif adalah anugrah sakral, dan pikiran rasional
adalah 'pelayan' setianya. Kita telah membangun sebuah tatanan
masyarakat yang memulyakan 'pelayan' dan melupakan anugrah.

9. Sesuatu yang terindah yang kita alami adalah: pengalaman
misterius kita; Ia-lah sumber dari seni dan pengetahuan sejati.

10. Kita mesti waspada untuk tidak menjadikan intelek sebagai Tuhan
kita; ia memang memiliki kekuatan, namun ia tak memiliki kepribadian.

11. Barang siapa yang memfungsikan dirinya sebagai hakim dari
Kebenaran dan Pengetahuan, akan porak-poranda menjadi bahan
tertawaan para dewata.

12. Bila mana jalan keluar terasa mudah, Tuhan-lah yang memberikan
jawaban.

13. Tuhan tidak mempermainkan semesta seperti dadu.

14. Tuhan sedemikian licinnya, namun Ia tak bermaksud jahat.

15. Umat manusia adalah bahagian dari keseluruhan, dari apa yang
kita sebut dengan Semesta, bahagian yang terbatas dalam ruang dan
waktu. Ia mengalami diri-Nya sendiri, pikiran dan perasaan-Nya
ibarat terlepas dari yang lainnya -- yang bersifat seperti khayalan
optik -- terhadap Kesadaran-Nya. Khayalan ini, sesungguhnya adalah
sejenis 'penjara', yang mengekang kita dari nafsu-nafsu keinginan
pribadi dan dari beberapa orang terdekat, kesayangan kita. Tugas
kita adalah membebaskan diri dari penjara ini, dengan cara
memperluas lingkaran pengorbanan kita, hingga mencakup semua makhluk
hidup dan seluruh alam dalam keindahannya.

16. Tiada sesuatupun yang memberi nilai manfaat pada kesehatan
manusia dan memberikan kesempatan hidup di muka Bumi ini, sebesar
evolusi yang diberikan oleh pola makan vegetaris.

17. Manusia yang menjalani hidupnya secara tak bermanfaat bagi
makhluk lainnya, bukan saja tak beruntung, akan tetapi nyaris tak
layak bagi kehidupan.

18. Perdamaian tidak dapat dijaga dengan Kekuatan. Ia hanya dapat
dicapai melalui saling pengertian.

19. Hanya kehidupan bagi kehidupan lain sajalah, yang bermanfaat.

20. Pikiran manusia tak mampu untuk meraih Semesta. Kita ibarat
seorang anak yang memasuki perpustakaan raksasa. Dinding-dinding dan
langit-lagitnya tertutup rapat oleh buku-buku dalam berbagai bahasa
yang berbeda-beda. Si anak mengetahui bahwa, pasti ada seseorang
yang menulis semua buku-buku itu; walau ia tak mengetahui siapa dan
bagaimana caranya. Iapun tak mengerti bahasa yang digunakan dalam
penulisan buku-buku itu. Akan tetapi, si anak mencatat adanya suatu
rancangan baku dalam susunan buku-buku tersebut serta dalam
urutannya -- yang misterius -- yang tak ia pahami, kecuali melalui
dugaan-dugaan picisannya saja.

21. Yang terpenting adalah, untuk tidak berhenti mempertanyakannya.
Keingin-tahuan memiliki alasannya sendiri dalam membangkitkan rasa
panasaran. Seseorang tak dapat membantu, namun hanya terpesona
ketika ia berkontemplasi: terhadap misteri-misteri kekekalan,
terhadap kehidupan, terhadap struktur realitas yang mengagumkan.
Adalah cukup, bila seseorang mencoba melengkapi dirinya dengan
secuil misteri setiap hari. Tanpa kehilangan kekagumannya yang
holistik itu.

22. Apa yang saya saksikan di Alam, adalah suatu struktur yang
mengagumkan yang hanya dapat kita pahami dengan tak-sempurna, dimana
seorang pemikir semestinya merasa sedemikian rendahnya. Tak ada yang
dapat dilakukan terhadap mistikisme, inilah ungkapan rasa
religiusitas yang murni.

23. Emosi terhalus kita, dimana kita mampu merasakannya, adalah
emosi mistis. Disinilah tergelar bagian terkecil dari semua seni dan
pengetahuan sejati. Siapapun yang asing bagi perasaan ini, yang tak
lagi mampu merasakan ketakjuban, dan hidup dalam kondisi ketakutan,
sesungguhnya telah mati. Guna mengetahui sesuatu yang tak terselami
bagi kita, sebetulnya benar-benar ada dan memanifestasikan dirinya
sebagai kebijaksanaan tertinggi dan keindahan yang paling bersinar,
dimana bentuk terkasar dari pengetahuan inipun merupakan suatu yang
membutuhkan intelektualitas yang memadai; perasaan ini
adalah .....sentimen religius yang sesungguhnya. Dalam pengertian
ini......dan hanya dalam pengetian inilah, saya menempatkan diri
saya dalam deretan manusia-manusia religius besar.

24. Masalah nyata bagi kita adalah hati dan batin manusia. Adalah
lebih mudah mengubah sifat plutonium, dibandingkan dengan merubah
sifat ke-setan-an dalam diri manusia.

25. Agama Sejati adalah kehidupan nyata, hidup dalam jiwa manusia,
hidup dalam kebajikan dan hidup dalam kebenaran, bagi semua.

26. Intelejensia memberi kejelasan kesaling-tergantungan antara
makna-makna dan jawaban akhir daripadanya. Akan tetapi, hanya dengan
memikirkannya saja, tak dapat memberikan kita rasa - tentang akhir
yang bersifat fundamental dan ultima tersebut. Guna memperjelas
akhir fundamental dan nilai-nilai, serta mempercepat mereka dalam
kehidupan emosional individu, dengan persis tertampak oleh saya
bahwa: fungsi yang paling penting dari agama adalah bila agama
berhasil membentuk kehidupan sosial manusia.

_________________________________________
Adopted from "The Divine Life Society's website".
Last Updated: Mon Jul 22, 1996
Interpreted by: anatta-bali.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home