Kekosongan Transmisi (2)
Konsumsi yang Berkesadaran
Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh
Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto
Orang muda terbiasa mengatakan, “Aku punya kehidupanku sendiri untuk
dijalani. Hidupku adalah sesuatu yang berbeda. Kalian yang sebagai orang
tuaku, punya kehidupan kalian sendiri untuk dijalani, Kami masih muda
dan kami punya kehidupan kami sendiri untuk dijalani. Jadi, mohon
berikan kebebasan kami untuk menjalani kehidupan kami sendiri.” Itulah yang
dikatakan orang muda jaman kita ini. Tapi ketika anda melihat realitas
segala sesuatu secara mendalam, anda akan melihat bahwa anda sama sekali
tidak terpisah; kita tidak terpisah. Anak-anak dan orang tua sebenarnya
adalah realitas yang tunggal. Jika orang tua menderita, anak-anak pun
menderita. Maka dari itu, kita harus melihat secara mendalam, kita harus
lihat dengan jelas bahwa kita sebenarnya adalah realitas yang tunggal.
Kita harus kerja bersama dan kita harus saling memahami satu dengan
lainnya. Kita harus latih non diskriminasi.
Ketika anda mandi, anda berkesempatan untuk melihat tubuh anda secara
mendalam. Tubuh ini telah diturunkan orang tua anda kepada anda. Dalam
agama Buddha kami bicara tentang “Kekosongan Transmisi.” Apa yang
dimaksud dengan kekosongan transmisi? Maksudnya adalah dalam transmisi selalu
ada tiga elemen: orang yang menurunkan, obyek yang diturunkan, dan
orang yang menerima transmisi. Ketika anda sedang mandi, lihatlah tubuh
anda dan katakan, “Ini adalah sesuatu yang diturunkan orang tuaku
kepadaku. Tubuhku adalah obyek transmisi.” Dan tanyalah diri anda, “Apakah ada
perbedaan antara orang tua yang menurunkan tubuh ini dan tubuh yang
telah diturunkan?” Dan jawabannya adalah orang yang menurunkan dan apa
yang diturunkan sesungguhnya adalah manunggal, sebab orang tua anda telah
menurunkan tubuh ini, tapi sebenarnya mereka telah menurunkan diri
mereka pada anda dalam tubuh ini. Ketika anda berlatih untuk melihat secara
mendalam, anda akan melihat bahwa obyek transmisi adalah orang yang
telah
melakukan transmisi. Ayah anda telah menurunkan dirinya dan ibu anda
juga telah menurunkan dirinya. Keseluruhan diri mereka telah diturunkan
kepada anda.
Saat anda menanyakan pertanyaan kedua, “Siapakah orang yang menerima
transmisi itu?” Andalah orang yang telah menerima obyek transmisi itu,
yaitu: tubuh ini. Apakah anda adalah sesuatu yang terpisah atau apakah
anda merupakan sesuatu yang sama dengan obyek transmisi tersebut?
Jawabannya adalah anda adalah sesuatu yang sama dengan obyek transmisi
tersebut. Maka dari itu, saat anda melihat tubuh anda, saat anda melihat
pikiran anda, anda akan melihat anda hanyalah kontinuasi atau penerusan
dari orang tua dan leluhur anda. Anda tidak punya diri yang terpisah. Anda
bukanlah suatu entitas yang terpisah. Itulah ajaran Buddha: tiada diri
yang terpisah, yang ada hanyalah tanpa diri. Anda disebut “tanpa diri”
karena anda tidak punya diri yang terpisah: Jika anda sentuh diri anda
secara mendalam, anda akan menyentuh orang tua yang ada di dalam diri
anda dan pada saat yang sama, anda juga akan menyentuh semua leluhur
yang ada dalam diri anda, oleh karena itu, yang ada hanyalah satu arus
kehidupan. Itulah realitas yang akan anda lihat manakala anda
menyentuh diri anda secara mendalam.
Ketika seorang anak muda berkata, “Ini adalah tubuhku dan aku bisa
berbuat semau aku padanya,” deklarasi macam ini tidak berasal dari
realitas. Itu adalah persepsi yang keliru, sebab, tubuh ini bukanlah anda,
tubuh ini adalah milik leluhur anda, orang tua anda, kakek nenek anda;
tubuh ini juga merupakan milik anak-anak anda, cucu-cucu anda yang belum
lagi muncul tapi sudah tersedia di dalam tubuh anda. Ini disebut insight
yang mendalam, insight yang akan muncul manakala anda tahu bagaimana
melihat secara mendalam dan menyentuh keberadaan diri anda secara
mendalam. Dengan demikian, saat anda melihat dalam cara demikian, spirit non
diskriminasi akan mewujud dan anda akan melihat dengan jelas bahwa
kebahagiaan adalah sesuatu yang bersifat kolektif dan bahwa anda tidak bisa
lagi pergi mencari kebahagiaan individual anda sendiri. Pencarian akan
kebahagiaan individual adalah sesuatu yang naif, sama sekali tidak
realistis. Maka dari itu, kita perlu duduk bersama, berlatih untuk melihat
bersama secara mendalam, bersama menemukan realitas, dan kita akan
melihat bahwa ternyata diperlukan kerja sama agar kebahagiaan menjadi
dimungkinkan. (bersambung)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home