Friday, July 16, 2004

SENANDUNG PENCERAHAN

Uraian SENANDUNG PENCERAHAN
Retreat I, hari 2 : Hanya Sekarang
Oleh : Master Sheng-yen
sumber: Pedang Pusaka Kebijaksanaan, Karaniya 2002.


Setelah mencapai tubuh Dharma, tiada apa-apa lagi;
Hakikat diri yang sejati adalah Buddha asal.
Panca skanda itu – dating dan perginya awan –awan terapung yang
kosong;
Tiga racun itu muncul dan lenyapnya gelembung-gelembung air yang
hampa.

Tubuh kalian yang umumnya kalian anggap sebagai suatu diri,
bersama dengan segala fenomena yang kalian alami dengan indria,
merupakan apa yang disebut sebagai lima skanda atau lima agregat;
bentuk, perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran.
Yung Chia berkata bahwa lima skandha itu seperti awan-awan terapung
yang bertiup ke sana ke mari di langit. Langit yang pada mulanya
bersih. Awan muncul, bergerak di langit dan lenyap. Awan-awan
bukanlah langit. Tidak ada perbedaan nyata antara langit dan awan,
juga langit tidaklah terpisah dari awan.
Lima skandha itu seperti awan-awan tadi. Kita semua berpikir,
kita mempunyai diri, pikiran dan tubuh yang terpisah. Tapi tubuh
kita, sama seperti diri yang kita kenali, tidak ada sebelum kita
dilahirkan. Sesudah kita mati, tubuh dan diri kita akan hilang lagi.
Seperti langit sebelum ada awan dan sesudah awan-awan pergi, dunia
tidak mengadung kita sebelum kita dilahirkan maupun sesudah kita
mati. Tidak ada `aku' yang abadi.
Tetapi ini tidak berarti tidak ada suatu keberadaan yang
abadi. Jika tidak ada keberadaan yang abadi, tidak akan ada gunanya
kita berlatih. Yang ada adalah hakikat Buddha kita yang luhur, sejati
dan mendasar. Sejak awal dan selalu, terdapat hakikat Buddha, seperti
adanya langit. Mengingat tubuh dan pikiran kita dating dan berlalu
seperti awan, hakikat Buddha, atau hakikat diri itu selalu ada, sama
seperti langit, yang selalu ada tidak perduli awan muncul atau tidak.
Hakikat Buddha tidak dapat diciptakan dengan latihan. Ia
selalu ada. Jika hakekat Buddha adalah sesuatu yang dapat diciptakan,
maka ia tentunya juga dapat dihancurkan. Lalu, untuk apa orang
berlatih jika ia telah memiliki hakikat Buddha? Latihan tidak
menciptakan seorang Buddha. Latihan menolong kita menyadari atau
membuktikan keberadaan hakikat Buddha itu, yang selalu ada di sana.
Jika seseorang bertanya,"Di mana atau apa sebenarnya Buddha itu?",
jawablah dengan sebuah pertanyaan,"Di mana atau apa yang sebenarnya
bukan Buddha?".
Kalian tidak dapat mengambil tubuh kalian yang merupakan
perpaduan dari lima skandha, untuk diubah menjadi Buddha. Meskipun
demikian, Buddha tidak terpisah dari lima skandha. Buddha adalah
mutlak. Lima skandha adalah sesuatu yang kita ringkas dan kita ikat
ke dalam diri individu yang sangat kecil. Melalui lima skandha kita
melekatkan identitas-identitas pada diri kita, namun identitas-
identitas seperti itu sempit dan miskin. Jika kalian berpikir,"Tubuh
ini adalah milikku, terpisah dari sesuatu yang lain" dan kemudian
berkata,"Saya adalah Buddha," maka kalian sudah menciptakan seorang
Buddha sesempit dan semiskin diri kalian sendiri.
Kita berpikir bahwa tubuh adalah suatu diri karena diperdaya
oleh tiga racun-keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Tiga racun
dapat disamakan dengan candu. Saat dirangsang oleh mereka, kita
mengalami kepuasan dan kenikmatan yang sementara dan semu. Kita semua
mengerti ungkapan."Keindahan berada di mata orang yang melihat."
Kita melihat keindahan di dalam apa yang kita cintai.
Kenyataannya, keindahan tidak lebih dari pada sebuah ekspresi batin
yang melekat dan terikat. Karena kalian terikat pada seseorang,
kalian menganggap ia begitu cantik atau tampan. Kala sedang jatuh
cinta, kalian digelapi oleh nafsu, dan perasaan kalian. Kemudian jika
sesuatu tidak berjalan sebagaimana diharapkan, dan hubungan itu
bubar, kalian mungkin akan berkata kepada pasangan kalian itu."Aku
sebelumnya tidak benar-benar mengenalmu! Aku telah diperdaya."
Saya sudah mendengar bahwa banyak pasangan yang menikah tidak
saling mengenal satu sama lain. Begitu mengenali sifat masing-masing,
mereka menjadi kecewa dan biasanya lantas cerai. Mereka percaya bahwa
keterpikatan mereka telah berubah menjadi fakta yang sesungguhnya.
Ini tidaklah benar. Orang-orang yang dikotori oleh emosi ketika
mereka putus, sama keadaanya tatkala mereka sedang jatuh cinta. Pada
waktu orang merasa tidak puas, sesuatu yang dulunya menyenangkan
berubah menjadi menjemukan, yang pernah mereka anggap indah tampak
dungu saat itu. Orang-orang ini masih dikuasai oleh tiga racun.
Hal yang sama terjadi pada saat mereka bermeditasi. Jika
kalian duduk dengan baik dan merasa nyaman, kalian mungkin
berpikir,"Meditasi sungguh luar biasa! Alangkah senangnya!"
Di Taiwan, orang yang untuk pertama kalinya mengikuti
retreat, biasanya dapat melakukan meditasi dengan baik, dan ia
terpesona oleh perasaan. Ia mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang
paling indah di dunia; akhirnya ia merasa menjadi manusia. Retreat
yang kedua berbeda. Ia sedang menghadapi masalah keluarga, dan karena
tidak dapat meninggalkan masalah pribadinya di rumah, ia mengalami
saat-saat yang paling menakutkan tatkala sedang mencoba bermeditasi.
Kalian mungkin berpikir bahwa retreatnya yang kedua buruk,
sedangkan yang pertama berjalan dengan mulus. Namun, perasaan ekstrem
manapun selalu membawa masalah. Pengalaman yang baik menciptakan
kemelekatan dan keterikatan. Pengalaman yang buruk menciptakan
keenganan, kemarahan, dan kebencian. Kalian dapat mengalami kedua hal
yang sangat berbeda dalam retreat yang sama. Semua itu hanyalah
perasaan-perasaan yang dialami kerena tiga racun. Tidak ada diri yang
terpisah dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan.
Jika kalian berlatih dengan baik, keserakahan, kebencian dan
kebodohan akan pudar sedikit demi sedikit. Begitu tiga racun surut,
kalian akan merasa tidak begitu perlu lagi untuk bergantung pada
suatu diri. Kalian akan mulai memandang diri yang dangkal seperti
gelembung air di samudra yang sangat luas, terbentuk untuk waktu yang
singkat, terangkat ke permukaan, kemudian pecah dan menjadi air
kembali.
Apakah yang kekal, yang lebih dari sekedar gelembung air
laut? Hakekat diri kalian. Di mana dan apa hakikat diri kalian itu?
Itulah yang mesti kalian temukan sendiri.
== bersambung ==

Catatan;
Senandung pencerahan ini merupakan penjelasan atas konsep Anatta dan
disini dengan jelas diuraikan bahwa anatta itu bukanlah semestinya
diterjemahkan sekedar tanpa aku dari terjemahan an atta secara
harfiah, namun mestinya konsep anatta dipahami dengan baik, lebih
dari sekedar menghafalkan arti kata anatta itu. Dan mirip dengan apa
yang diuraikan dalam Anattalakkhana sutta, dijabarkan juga bahwa
pikiran, bentuk, perasaan, bentuk-bentuk pikiran tubuh (lima skandha)
adalah bukan atta, dst. Dan semestinya dalam membaca uraian tersebut,
kita bertanya balik, kalau ini bukan atta, itu bukan atta, lalu yang
mana yang atta, yang mana yang bodhi citta atau hakekat Buddha atau
hakekat diri kita yang sejati.

semoga catatan ini tidak malah menambah bingung.

========================================================
www.harianto.blogspot.com
www.harianto-useful.blogspot.com
*****************************


0 Comments:

Post a Comment

<< Home