Thursday, June 24, 2004

Dumb vs Clever

Dumb Student, Smart Student

Sewaktu kita sekolah atau kuliah, murid/mahasiswa di kelas dapat
dibagi dalam 3 kategori : murid pintar, murid rata-rata dan murid
bodoh. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya masuk ke kategori
pertama yaitu murid yang pintar dan menghindari yang terakhir atau
murid bodoh. Orang tua seringkali mendaftarkan anaknya untuk kursus
ini, kursus itu agar nilai anaknya menjadi bagus. Orang tua sering
kali memfokuskan pada kelemahan anaknya dan berusaha menutup
kelemahan anaknya itu.

Pada workshop yang saya adakan, saya bertanya kepada peserta: jika
anda mempunyai anak yang menyukai menggambar tetapi nilai
matematikanya tidak bagus. Keuangan anda hanya cukup untuk
membiayai 1 jenis kursus, kursus apa yang akan anda berikan ke anak anda?
Hampir semua peserta menjawab : kursus matematika.

Murid yang pintar biasanya adalah tipe yang ngotot dalam belajar,
mereka takut kalau tidak bisa mengerjakan ujian, stress jika mendapat
nilai buruk.

Tipe murid inilah yang biasanya ikut les ini dan itu, karena mau
SEMUA pelajarannya mendapat nilai baik. Murid yang bodoh biasanya adalah
tipe orang yang masabodoh, mereka tidak terlalu memikirkan akan dapat
nilai berapa. Murid tipe ini biasanya mempunyai SESUATU yang sangat
mereka sukai dan mereka lebih suka melakukan hal itu daripada belajar.
Sedangkan murid rata-rata berada di antara 2 kategori itu.

Di kemudian hari, siapakah yang akan lebih sukses atau kaya dalam
kehidupannya ? Sukses di sini harus dibedakan dengan kaya. Menjadi
kaya berarti mempunyai lebih banyak uang, sedangkan sukses berarti
mengerjakan hal yang mereka sukai dan menyukai yang mereka kerjakan,
dan orang-orang menghargai apa yang mereka kerjakan. Dalam banyak
kasus, banyak murid yang bodoh semasa sekolah dan kuliah menjadi
orang yang sukses, dan banyak pula yang menjadi sukses dan kaya.

Sedangkan murid yang dulu pintar banyak juga yang menjadi kaya
tapi sedikit yang sukses. Mengapa demikian ? Karena dari kecil murid yg
bodoh sudah terbiasa FOKUS kepada KEKUATAN yg dia miliki, dan tidak
terlalu perduli dengan kelemahannya. Sedangkan murid yang pintar biasanya
TIDAK FOKUS pada sesuatu, terlebih lagi mereka terbiasa
mendahulukan perbaikan pada kelemahan.

Saya mempunyai rekan yg merupakan contoh nyata dari tipe murid
yang bodoh ini. Sebut saja namanya a dan b, keduanya pernah tinggal
kelas dan termasuk murid yang tidak perduli dengan nilai bagus, sekarang
si a menjadi fotografer professional dgn client dari
perusahaan-perusahaan terkenal di Indonesia dan si b menjadi montir
professional yg
disegani di dunia rally mobil. Ambil contoh lain, Deddy Corbuzier semasa
sekolah juga tidak termasuk murid yang cemerlang, tetapi sejak kecil telah
menunjukkan kecintaan yg mendalam dengan dunia sulap. Sekarang,
siapa yang tidak mengenal Deddy Corbuzier. Contoh lain lagi adalah Rhenald
Khasali, beliaupun pernah tinggal kelas sewaktu sekolah tetapi sekarang
merupakan salah satu pembicara handal.

Di lain pihak, yang dulunya murid yang pintar seringkali berakhir
dengan bekerja di kantoran, mungkin mereka menghasilkan banyak
uang tetapi belum tentu mereka sukses, karena mereka mungkin tidak
terlalu menyukai apa yang mereka kerjakan, hal ini karena dari kecil
mereka diarahkan untuk memperbaiki kelemahan dan tidak memperkuat apa
sebetulnya kekuatan mereka.

Jika anak anda termasuk dalam kategori anak pintar, jangan terlalu
cepat senang dahulu. Tetaplah gali apa yg ia sukai, apa yg dengan
senang ia lakukan, berilah support agar ia juga melakukan hal yg
ia senangi dan tidak hanya belajar terus menerus. Sedangkan jika anak
anda termasuk anak yg bodoh dan lebih menyukai kesenangannya daripada
belajar, carilah suatu alasan mengapa belajar itu juga penting untuk
mendukung kesenangannya. Misalnya ia suka sekali dengan dunia otomotif, beri
pengertian bahwa seorang ahli otomotif harus mengerti bahasa
Inggeris supaya dapat sukses di luar negeri, atau harus mengerti matematika
agar nantinya mengerti mesin dengan baik, dsb.

Jika sekarang anda bekerja sebagai seorang karyawan, andapun tentu
dibiasakan oleh perusahaan untuk ditambal kelemahannya. Setiap
akhir tahun setelah diadakan penilaian prestasi, pasti ada kelemahan si
karyawan yang diperhatikan oleh atasan dan kemudian dibuatkan
"Plan for Development" dengan mengikutkan karyawan tersebut pada suatu
training yang dapat membantu memperbaiki kelemahannya itu,
sedangkan untuk kelebihannya hanya diminta untuk dipertahankan.

Mereka yang hanya memfokuskan diri pada memperbaiki kelemahan
biasanya lebih sulit menemukan impiannya dibandingkan mereka yang
terbiasa fokus pada kekuatannya. Jadi jangan terpaku pada kelemahan anda,
fokuskan perhatian anda lebih kepada kekuatan anda.

**********************************************************************



0 Comments:

Post a Comment

<< Home